Sabtu, 29 September 2012

LEGENDA CANDI GEDONG SONGO

ada Candi Gedong Songo yang mempunyai karakter Aura Alam Ghaib yang begitu kuat dan mistik.
Sesuai namanya komplek candi ini terdiri atas sembilan candi, berderet bawah ke atas yang dihubungkan dengan jalan setapak bersemen. Satu Candi yang berada dipuncak paling tinggi disebut puncak Nirwana. Sayang sekali dari sembilan Candi dua diantaranya sudah rusak hingga sekarang tinggal tujuh buah.
Ada juga bukit Kendalisodo dan Gua tempat Hanoman bertapa.
Komplek Candi Gedong Songo ini dibangun oleh Putera Sanjaya, Raja Mataram Kuno pada sekitar abad 7 masehi. Melihat langgam arsitektur dan pendirinya yang beragama hindu, candi gedong songo jelas merupakan candi hindu yang dibangun untuk tujuan pemujaan.
Berbagai patung Dewa yang ada disini seperti Syiwa mahaguru, Syiwa Mahadewa, Syiwa Mahakala, Durgamahesasuramardhani dan Ganesya sebagai bangunan pemujaan umat hindu. Juga ditemukan Lingga dan Yoni yang merupakan ciri khas candi hindu di Indonesia.
Kisah Gunung Ungaran :

Gunung Ungaran tempat candi gedong songo ini berdiri dahulu kala digunakan oleh Hanoman untuk menimbun Dasamuka dalam perang besar memperebutkan Dewi Sinta. Seperti diketahui dalam cerita pewayangan Ramayana yang tersohor itu Dasamuka telah menculik Dewi Sinta dari sisi Rama, Suaminya.Untuk merebut Sinta kembali pecahlah perang besar antara Dasamuka dengan bala tentara raksasanya melawan Rama yang dibantu pasukan kera pimpinan hanoman. Syahdan dalam perang tersebut Dasamuka yang sakti tak bisa mati kendati dirajam berbagai senjata oleh Rama.
Melihat itu Hanoman yang anak Dewa itu kemudian mengangkat sebuah Gunung untuk menimbun tubuh Dasamuka. Jadilah Dasamuka tertimbun hidup - hidup oleh gunung yang disebut sebagai gunung ungaran.
Dasamuka yang tertimbun hidup - hidup di dasar gunung ungaran setiap hari mengeluarkan rintihan berupa suara menggelegak yang sebenarnya berasal dari sumber air panas yang terdapat disitu. Sumber air panas yang mengandung belerang itu sendiri akhirnya menjadi tempat mandi untuk menghilangkan beberapa panyakit kulit.

LEGENDA RAWA PENING,,


Konon Rawa pening dimulai dari sebuah mitos yang turun-temurun diwariskan menjadi sebuah kearifan lokal. Awal mula Rawa Pening dimulai dari Legenda Baru Klinting, yang dikisahkan sebagai anak kecil yang sakti, namun memiliki wajah yang buruk rupa sehingga menjadi bahan ejekan anak sebayanya. Hanya seorang Janda yang mau menerima keberadaan baru Klinting. Suatu saat Baru Klinting berpesan kepada Janda tersebut agar naik lesung “penumbuk padi” disaat mendengar kentongan. Kemudian Baru Klinting menjuju pelataran dan mengadakan sayembara, siapa yang bisa mencabut lidi yang ditancapkannya.
Tak satupun anak-anak yang bisa mencabut lidi yang ditancapkan Baru Klinting. Orang dewasa tak mau kalah juga, lalu satu persatu mencoba mencabut lidi tersebut, namun semuanya gagal. Akhirnya Baru Klinting yang mencabut lidi tersebut lalu setelah tercabut keluarlah semburan air yang semakin membesar. Usai mencabut lidi lalu Baru Klinting berlari sambil membunyikan kentongan dan akhirnya semua warga tenggelam dan hanya Janda tersebut yang selamat dengan naik lesung. Genangan airpun meluas dan menjadi sebuah danau yang jernih airnya yang disebut Rawa Pening.

Selasa, 11 September 2012

LEGENDA GUNUNG KEMUKUS


Ritual pesugihan dengan syarat melakukan hubungan seks dengan bukan pasangan resmi atau istri, menjadi syarat untuk mendapatkan kekayaan di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah. Syarat yang tidak lazim ini, membuat prostitusi di kawasan Gunung Kemukus pun tumbuh menjamur. Lalu, bagaimana asal mulanya ada ritual semacam itu?
Setiap hari para pencari kekayaan dengan jalan pintas banyak yang datang ke Gunung Kemukus. Mereka selain melakukan ziarah juga melaksanakan ritual pesugihan. Meski ritual ini bisa dilakukan setiap hari, namun banyak peziarah yang percaya ada hari-hari tertentu membawa berkah tersendiri. Misalnya, saat malam Jumat Pon dan malam Satu Suro.
Lokasi utama yang dituju para peziarah adalah makam Pangeran Samodro dan para pengawalnya. Asal mula ramainya orang ziarah ke makam Pangeran Samodro ini, berdasarkan versi penduduk setempat, tak lepas dari cerita kesaktian Pangeran Samodro.

Pangeran Samodro merupakan putra pertama dari istri resmi Prabu Brawijoyo dari kerajaan Majapahit. Ketika beranjak dewasa, Pangeran Samodro diperintah untuk merantau ke dunia luar kerajaan untuk mencari pengalaman yang diharapkan berguna kelak bila ia menjadi raja.

Setelah merantau beberapa tahun, Pangeran Samodro kemudian kembali ke istana. Namun ia justru jatuh cinta kepada salah seorang selir ayahnya yang bernama R.A. Ontrowulan. Selir itu pun ternyata menerima cinta Pangeran Samodro. Hubungan cinta keduanya akhirnya terbongkar sehingga Prabu Brawijoyo pun marah besar. Keduanya lalu diusir dari kerajaan. Mereka menetaplah di Gunung Kemukus sebagai suami-istri dengan bahagia.

Sebelum menetap di Gunung Kemukus, mereka mengembara ke daerah yang kini menjadi Kecamatan Sumber Lawang. Salah satu tempat yang sangat disenangi oleh R.A. Ontrowulan adalah sebuah sumber air di kaki gunung yang saat ini dikenal sebagai Sendang Ontrowulan. Di tepi mata air itu pula ia sering duduk dekat pohon jati dan bermeditasi sepanjang hari. Konon, sendang itu dibuatnya dengan menancapkan sebatang tongkat ke dalam tanah.


Pada suatu waktu, R.A. Ontrowulan bermeditasi di sebuah tempat yang jauh dan memakan waktu cukup lama. Ketika itulah, Pangeran Samodro jatuh sakit hingga akhirnya meninggal dunia. Oleh penduduk Desa Blorong, jenazahnya dimandikan di Sendang dan dimakamkan. R.A. Ontrowulan yang tidak mengetahui kejadian itu, ketika kembali dijumpainya orang-orang desa yang baru saja menguburkan suaminya. Dia sangat sedih dan merasa bersalah hingga ia pun meninggal di tempat itu.

Beberapa tahun setelah meninggalnya Pangeran Samodro dan R.A. Ontrowulan, seorang tetua di desa melihat penampakan Pangeran Samodro. Dalam kedatangannya itu, dia berpesan pada orang tua itu bahwa ia akan memenuhi keinginan setiap orang yang datang ke makamnya dengan membawa bunga, dengan syarat bahwa orang yang datang itu harus memberi kesan telah mempunyai pasangan.

Demikian mitos dari pesugihan di Gunung Kemukus ini. Dalam mitos ini sendiri, sebenarnya syarat melakukan ritual seks dengan pasangan bukan resmi sebanyak 7 kali, bukanlah syarat yang terlalu penting dalam ritual pesugihan ini. Hanya saja banyak peziarah yang menafsirkan kata "dhemenane" sebagai kata "dhemenan" yang berarti pacar gelap, yaitu pria dan wanita yang bukan suami istri. Parahnya lagi,justru ritual ini seolah menjadi syarat wajib bagi peziarah agar maksudnya terkabul.

Senin, 10 September 2012

ASAL BERDIRINYA MESJID AGUNG DEMAK


Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak. Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah.
Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, bertuliskan “Condro Sengkolo”, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Raden Fattah bersama Wali Songo mendirikan Masjid Maha karya abadi yang karismatik ini dengan memberi prasasti bergambar bulus. Ini merupakan Condro Sengkolo Memet, dengan arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri dari kepala yang berarti angka 1 ( satu ), kaki 4 berarti angka 4 ( empat ), badan bulus berarti angka 0 ( nol ), ekor bulus berarti angka 1 ( satu ). Bisa disimpulkan, Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka.
Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Demak Yang Tersimpan Di Musium Masjid Agung Demak:
Soko Majapahit, tiang ini berjumlah delapan buah terletak di serambi masjid. Benda purbakala hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi ini diberikan kepada Raden Fattah ketika menjadi Adipati Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak 1475 M.
Pawestren, merupakan bangunan yang khusus dibuat untuk sholat jama’ah wanita. Dibuat menggunakan konstruksi kayu jati, dengan bentuk atap limasan berupa sirap ( genteng dari kayu ) kayu jati. Bangunan ini ditopang 8 tiang penyangga, di mana 4 diantaranya berhias ukiran motif Majapahit. Luas lantai yang membujur ke kiblat berukuran 15 x 7,30 m. Pawestren ini dibuat pada zaman K.R.M.A.Arya Purbaningrat, tercermin dari bentuk dan motif ukiran Maksurah atau Kholwat yang menerakan tahun 1866 M.
Surya Majapahit, merupakan gambar hiasan segi 8 yang sangat populer pada masa Majapahit. Para ahli purbakala menafsirkan gambar ini sebagai lambang Kerajaan Majapahit. Surya Majapahit di Masjid Agung Demak dibuat pada tahun 1401 tahun Saka, atau 1479 M.
Maksurah, merupakan artefak bangunan berukir peninggalan masa lampau yang memiliki nilai estetika unik dan indah. Karya seni ini mendominasi keindahan ruang dalam masjid. Artefak Maksurah didalamnya berukirkan tulisan arab yang intinya memulyakan ke-Esa-an Tuhan Allah SWT. Prasasti di dalam Maksurah menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M, di mana saat itu Adipati Demak dijabat oleh K.R.M.A. Aryo Purbaningrat.
Pintu Bledeg, pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir ini merupakan ciptaan Ki Ageng Selo pada zaman Wali. Peninggalan ini merupakan prasasti “Condro Sengkolo” yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Mihrab atau tempat pengimaman, didalamnya terdapat hiasan gambar bulus yang merupakan prasasti “Condro Sengkolo”. Prasasti ini memiliki arti“Sariro Sunyi Kiblating Gusti”, bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 M (hasil perumusan Ijtihad). Di depan Mihrab sebelah kanan terdapat mimbar untuk khotbah. Benda arkeolog ini dikenal dengan sebutan Dampar Kencono warisan dari Majapahit.
Dampar Kencana, benda arkeologi ini merupakan peninggalan Majapahit abad XV, sebagai hadiah untuk Raden Fattah Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden Kertabumi. Semenjak tahta Kasultanan Demak dipimpin Raden Trenggono 1521 – 1560 M, secara universal wilayah Nusantara menyatu dan masyhur, seolah mengulang kejayaan Patih Gajah Mada.
Soko Tatal / Soko Guru yang berjumlah 4 ini merupakan tiang utama penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga. Masing-masing soko guru memiliki tinggi 1630 cm. Formasi tata letak empat soko guru dipancangkan pada empat penjuru mata angin. Yang berada di barat laut didirikan Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara buatan Sunan Ampel, dan yang berdiri di timur laut karya Sunan Kalijaga Demak. Masyarakat menamakan tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai Soko Tatal.
Situs Kolam Wudlu. Situs ini dibangun mengiringi awal berdirinya Masjid Agung Demak sebagai tempat untuk berwudlu. Hingga sekarang situs kolam ini masih berada di tempatnya meskipun sudah tidak dipergunakan lagi.
Menara, bangunan sebagai tempat adzan ini didirikan dengan konstruksi baja. Pemilihan konstruksi baja sekaligus menjawab tuntutan modernisasi abad XX. Pembangunan menara diprakarsai para ulama, seperti KH.Abdurrohman (Penghulu Masjid Agung Demak), R.Danoewijoto, H.Moh Taslim, H.Aboebakar, dan H.Moechsin .

(http://demak-ku.blogspot.com/2009/04/masjid-agung-demak.html)

MAKAM KI AGENG SELO

Makam Ki Ageng Selo terletak di desa Selo,Kecamatan Tawangharjo,Kab.Grobogan.Tempat ini sebagai Obyek Wisata spiritual.Makam ini ramai di kunjungi para peziarah pada malam Jum'at,dengan tujuan untuk mencari berkah agar permohonannya di kabulkn oleh Alloh .Ki Ageng Selo(Kyai Ageng Ngabdurahman Sela) sendiri menurut cerita yang berkembang di masyarakat sekitar di akui memiliki kesaktian yang sangat luar biasa,beliau bisa menangkap petir.Beliau adalah keturunan Majapahit serta nenek moyang raja-raja Mataram Surakarta dan YOGYAKARTA
  Ki Ageng Selo di percaya masyarakat jawa sebagai cikal bakal yang menurunkan raja-raja di tanah jawa.Bahkan pemujaan kepada makam Beliau masih di tradisikan oleh raja-raja Surakarta dan Yogyakarta.Sebelum Gerebeg Mulud( Upacara yang di selenggarakan pihak kraton kepada masyarakat berupa gulungan),utusan dari Surakarta datang ke makam Beliau untuk mengambil api abadi yang ada di makam tersebut.Begitu pula tradisi yang di lakukan oleh raja- raja Yogyakarta.Api dari makam tersebut di anggap sebagai api keramat.

LEGENDA API ABADI MRAPEN


Legenda Api Abadi Mrapen yang menjadi pertanyaan banyak orang.
Perjuangan Raden Patah yang didukung oleh para wali berhasil memukul mundur dalam menghancurkan Majapahit. Dan secara resmi Raden Patah dinobatkan memegang Kesultanan Demak Bintoro pada tahun 1500-1518 Masehi.
Dengan demikian berangsur-angsur membenahi wilayahnya yang sebenarnya sudah berkembang pesat, lagi pula telah menjadi pusat perdagangan, pendidikan dan penyebaran agama Islam, serta ini satu-satunya pusat pemerintahan Islam di Pulau Jawa. Untuk memenuhi semua kebutuhan, maka diboyonglah barang-barang warisan dari Majapahit yang berupa pendapa dialihfungsikan menjadi serambi mesjid agung yang merupakan perpaduan budaya Islam dan Hindu Buddha.
Ekspedisi pemboyongan yang dipimpin oleh Sunan Kalijaga, tampak berjalan lancar, hanya saja sesudah masuk wilayah Kesultanan Bintoro Demak (Mrapen) terlihat ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Melihat situasi yang mencemaskan itu Sunan Kalijaga memerintahkan semuanya berhenti, karena para prajurit terlihat letih.
Selama istirahat ada yang mencari mata air untuk digunakan sekedar pelepas lelah, tetapi naas baginya tak ada satupun yang mendapatkan sumber mata air. Guna mengatasi situasi yang gawat ini Sunan Kalijaga berjalan menuju tempat yang tidak jauh dari anak buahnya. Kemudian dengan konsentrasi penuh, memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Lalu tongkat wasiat miliknya ditancapkan ke tanah dan ditarik kembali. Terlihat lubang bekas tongkat itu tak lama kemudian menyemburkan api (Api Abadi).
Ditempat yang tidak jauh dilakukan serupa, tetapi yang keluar bukannya api melainkan semburan air yang bersih dan bening. Setelah mendapatkan air, maka ekspedisi meneruskan perjuangan melalui perjalanan panjang. Setelah ditujuan barang-barang bawaannya kembali dihitung dan diteliti jangan sampai ada yang tertinggal atau hilang. Setelah diketahui ada sebuah batu ompak yang tertinggal. Memang waktu itu ada yang berusaha mengambilnya di Mrapen, tetapi Sunan Kalijaga melarang, karena berwasiat bahwa batu ompak itu tidak perlu diambil, pada suatu masa akan berguna. Akhirnya beberapa murid Sunan Kalijaga ditugaskan untuk menyelamatkan batu ompak pada tempat yang terbaik. Dari hasil perjuangan murid-murid Sunan Kalijaga itulah hingga kini batu ompak sekarang terkenal dengan sebutan Watu Bobot abadi letaknya di sebelah api abadi Mrapen.
Disebelah sumber Api Abadi terdapat pula sumber mata air dengan celah sumur berdiameter 3 meter, kedalaman lebih kurang 2 meter dan pernah ditancapkan tongkat sewaktu murid Sunan Kalijaga membutuhkan air saat letih. Sumur tersebut dikenal dengan nama Sendang Dudo Pada waktu itu mata air ini digunakan untuk menyepuh sebuah keris pusaka milik Kyai Sengkelat. Kejadian yang luar biasa terlihat dan sangat menakjubkan, yaitu air sendang dudo yang tadinya bersih dan bening berubah menjadi keruh dan selalu mendidih, tetapi tidak panas. Dari gelembung air yang mengambang apabila disulut dengan api dapat menyala diatas permukaan air. Namun setelah diselidiki ternyata air tersebut banyak mengandung mineral dan zat-zat kimia. Air yang dilihat keruh bila dimasukkan kedalam sebuah gelas, akan berubah wujud menjadi bening. Konon sampai sekarang air tersebut mempunyai keajaiban untuk menyembuhkan orang yang menderita penyakit gatal-gatal.

UPACARA ADAT JAWA(KENDUREN)

Kenduren/ selametan adalah tradisi yang sudaah turun temurun dari jaman dahulu, yaitu doa bersama yang di hadiri para tetangga dan di pimpin oleh pemuka adat atau yang di tuakan di setiap lingkungan, dan yang di sajikan berupa Tumpeng, lengkap dengan lauk pauknya. Tumpeng dan lauknya nantinya di bagi bagikan kepada yang hadir yang di sebut Carikan ada juga yang menyebut dengan Berkat. Tujuan dari kenduren itu sendiri adalah meminta selamat buat yang di doakan, dan keluarganya,kenduren itu sendiri bermacam macam jenisnya, antara lain : kenduren wetonan ( wedalan ) Di namakan wetonan karena tujuannya untuk selametan pada hari lahir ( weton, jawa ) seseorang. Dan di lakukan oleh hampir setiap warga, biasanya 1 keluarga 1 weton yang di rayain , yaitu yang paling tua atau di tuakan dalam keluarga tersebut. Kenduren ini di lakukan secara rutinitas setiap selapan hari ( 1 bulan ). Biasanya menu sajiannya hanya berupa tumpeng dan lauk seperti sayur, lalapan, tempe goreng, thepleng, dan srundeng. tidak ada ingkung nya( ayam panggang) Kenduren Sabanan ( Munggahan ) Kenduren ini menurut cerita tujuannya untuk menaik kan para leluhur. Di lakukan pada bulan Sya’ban, dan hampir oleh seluruh masyarakat di Watulawang dan sekitarnya, khususnya yang adatnya masih sama, seperti desa peniron, kajoran, dan sekitarnya. Siang hari sebelum di laksanakan upacara ini, biasanya di lakukan ritual nyekar, atau tilik bahasa watulawangnya, yaitu mendatangi makan leluhur, untuk mendoakan arwahnya, biasanya yang di bawa adalah kembang, menyan dan empos ( terbuat dari mancung ). Tradisi bakar kemenyan memang masih di percaya oleh masyarakat watulawang, sebelum mulai kenduren ini pun, terlebih dahulu di di jampi jampi in dan di bakar kemenyan di depan pintu. Menu sajian dalam kenduren sabanan ini sedikit berbeda dengan kenduren Wedalan, yaitu disini wajib memakai ayam pangang ( ingkung ). Kenduren Likuran Kenduren ini di laksanakan pada tanggal 21 bulan pasa ( ramadan ), yang di maksudkan untuk memperingati Nuzulul Qur’an. dalam kenduren ini biasanya di lakukan dalam lingkup 1 RT, dan bertempat di ketua adat, atau sesepuh di setiap RT. dalam kenduren ini, warga yang datang membawa makanan dari rumah masing2, tidak ada tumpeng, menu sajiannya nasi putih, lodeh ( biasanya lodeh klewek) atau bihun, rempeyek kacang, daging, dan lalapan. Kenduren Badan ( Lebaran )/ mudunan Kenduren ini di laksanakan pada hari Raya Idul Fitri, pada tanggal 1 sawal ( aboge ). kenduren ini sama seperti kenduren Likuran,hanya tujuannya yang berbeda yaitu untuk menurunkan leluhur. TYang membedakan hanya, sebelum kenduren Badan, biasanya di dahului dengan nyekar ke makam luhur dari masing2 keluarga. Kenduren Ujar/tujuan tertentu Kenduren ini di lakukan oleh keluarga tertentu yang punya maksud atau tujuan tertentu, atau ayng punya ujar/ omong. Sebelum kenduren ini biasanya di awali dengan ritual Nyekar terlebih dahulu. dan menu wajibnya, harus ada ingkung ( ayam panggang ). Kenduren ini biasanya banyak di lakukan pada bulan Suro ( muharram ). Kenduren Muludan Kenduren ini di lakukan pada tanggal 12 bulan mulud, sama seperti kenduren likuran, di lakukan di tempat sesepuh, dan membawa makanan dari rumah masing- masing. biasanya dalam kenduren ini ada ritual mbeleh wedus( motong kambing ) yang kemudian di masak sebagai becek dalam bahasa watulawang ( gulai ).

Minggu, 09 September 2012

LEGENDA REOG


Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah. Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.
Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.
Reog mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Klana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad Klono Sewondono juga berkisah tentang cinta seorang raja, Sewondono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewondono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan patih dari Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewondono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singobarong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, sang raja pencari cinta.
Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.

Sabtu, 08 September 2012

Sejarah Wayang Kulit

Mengenai asal-usul wayang ini, di dunia ada dua pendapat. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia,
 Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain.
 WAYANG JUGA salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan.
sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah cerita­cerita Panji; yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan.
 Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem. yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem.
Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak,,
 Demikian cuplikan cerita dann sejarah wayang kulit,,

KERAJINAN BATIK

Kesenian batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi secara historis batik berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.

SEJARAH KERIS

Indonesia,Negara tempat saya dilahirkan ini, terkenal dengan kekayaan seni serta alamnya.Tengok saja kebudayaan indonesia,yang beraneka ragam dari sabang sampai merauke.Dari berbagai budaya tersebut,lahirlah benda-benda seni yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia,seperti Batik,Tarian,Alat Musik serta Senjata tradisional dan Adat istiadat.Kesemua itu bersatu dalam satu tanah air dengan ikatan Bhinneka Tunggal Ika.Salah satu hasil dari cipta manusia Indonesia yang patut kita banggakan adalah KERIS.
Keris adalah sejenis senjata bentuknya tidak simetris alias berliku-liku keris dalam bentuk awal telah digunakan sejak abad ke-9. Kuat kemungkinannya bahwa keris telah digunakan sebelum masa tersebut. Pada masa sekarang, keris umum dikenal di daerah JAWA
Adapun cerita yang paling terkenal dan dicatat dalam buku sejarah SMA Saya dulu mengenai keris ini adalah kisah terbunuhnya Empu Gandring yang mati ditangan si pemesan Keris yaitu Ken Arok,raja Singosari.Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok.
Ken Arok memesan keris ini kepada Mpu Gandring dengan waktu satu malam saja, yang merupakan pekerjaan hampir mustahil dilakukan oleh para "mpu" (gelar bagi seorang pandai logam yang sangat sakti) pada masa itu. Namun Mpu Gandring menyanggupinya dengan kekuatan gaib yang dimilikinya. Bahkan kekuatan tadi "ditransfer" kedalam keris buatannya itu.
Karena Mpu gandring tidak menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu (belum menyelesaikan Sarung Kerisnya),maka Si Ken Arok membunuh Mpu gandring yang ternyata membawa kutukan baginya.Sebelum Tewas,Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok.


Pada masa kini, keris juga masih menjadi bagian dari sesajian. Lebih jauh, keris juga digunakan dalam ritual/upacara mistik atau paranormal.Keris disebut-sebut sebagai benda yang punya kekuatan mistik dan bahkan bisa berdiri!. 

 SEMOGA BERMAN FAAT BAGI KITA SEMUA DAN MENGENAL ADAT BUDAYA KITA MASING''